Peranan guru di dalam masyarakat, dari yang paling terbelakang sampai yang paling maju, sangat penting. Guru merupakan pembentuk-pembentuk utama calon warga masyarakat. Kesadaran umum akan besarnya tanggungjawab seorang guru itu belumlah terwujud dalam usaha mereka untuk membelajarkan dengan pertimbangan-pertimbangan yang seksama.
Banyak contoh yang menunjukkan adanya guru-guru yang memasuki kelasnya hanya dengan bekal sekumpulan prosedur yang tidak di desain sendiri. Bahkan, sesudah beberapa tahun pun sebagai guru, situasi tersebut tidak banyak mengalami perbaikan. Guru sering dinilai oleh administrator dan supervisor sekolah yang pada umumnya menggunakan kriteria yang tidak jelas dan tidak tegas.
Ada cara memandang pengajaran yang memungkinkan guru meningkatkan kualitas keputusan intelektual tentang kegiatan instruksionalnya. Pendekatan yang digunakan didasarkan pada konsep pengajaran semacam itu, yaitu: suatu model instruksional yang memberikan kemungkinan kepada guru untuk (1) memilih kegiatan instruksional yang kiranya membawa hasil, dan (2) menilai tepat tidaknya pilihannya itu, sehingga lambat laun ia dapat memperbaiki dirinya dengan menggunakan model-model semacam itu pantasnya dipandang sebagai profesionalnya saja.
Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang dicapai oleh peserta didik setelah diselenggarakannya kegiatan pendidikan. Seluruh kegiatan pendidikan, yakni bimbingan pengajaran dan latihan diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam konteks ini, tujuan pendidikan merupakan komponen sistem pendidikan yang menempati kedudukan dan fungsi sentral. Tujuan pendidikan disusun secara bertingkat, mulai dari tujuan pendidikan yang sangat luas dan umum sampai ke tujuan pendidikan yang spesifik dan operasional, yaitu (1) Tujuan Pendidikan Nasional, (2) Tujuan Institusional, (3) Tujuan Kurikulum, (4) Tujuan Pembelajaran. Tujuan pembelajaran dikatakan tercapai apabila prestasi belajar siswa mengalami perkembangan dan peningkatan.
Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam menempuh pendidikan di sekolah. Masalah prestasi belajar yang menjadi patokan untuk mengukur prestasi belajar itu biasanya dinyatakan dengan angka-angka, anak-anak yang berprestasi rendah yang dilihat dari hasil belajarnya, demikian pula anak-anak yang berprestasi tinggi memiliki angka hasil belajar yang tinggi pula. Prestasi belajar tersebut nampak setelah siswa menjalani proses belajar mengajar disekolah. Prestasi belajar biasanya diukur dari nilai yang diperoleh oleh siswa pada saat evaluasi yang berupa ulangan harian, uji blok, pekerjaan rumah atau tugas, dan ujian semester.
Pendidikan formal selalu diikuti pengukuran dan penilaian, demikian juga dalam proses kegiatan belajar mengajar, dengan mengetahui prestasi belajar dapat diketahui kedudukan siswa yang pandai, sedang atau lambat. Laporan hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil ulangan dan diserahkan dalam periode tertentu yaitu dalam bentuk raport. Dalam usaha untuk mencapai suatu hasil belajar yang optimal dari proses belajar mengajar seorang siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Faktor internal yaitu faktor yang timbul dari dalam diri siswa itu sendiri diantaranya keadaan fisik, intelegensi, bakat, minat dan perhatian, keadaan emosi serta disiplin. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang timbul dari luar diri siswa diantaranya guru, teman, orang tua, fasilitas belajar dan lain-lain. Salah satu yang mempengaruhi dalam proses belajar mengajar adalah guru yang merupakan faktor eksternal sebagai penunjang pencapaian hasil belajar yang optimal. Dalam hal ini adalah kreativitas guru dalam proses belajar mengajar.
Kreativitas guru dalam proses belajar mengajar mempunyai peranan penting dalam peningkatan mutu hasil belajar siswanya. Kreativitas diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru, baik yang benar-benar baru sama sekali maupun yang merupakan modifikasi atau perubahan dengan mengembangkan hal-hal yang sudah ada. Bila hal ini dikaitkan dengan kreativitas guru, guru yang bersangkutan mungkin menciptakan suatu strategi mengajar yang benar-benar baru dan orisinil (asli ciptaan sendiri), atau dapat saja merupakan modifikasi dari berbagai strategi yang ada sehingga menghasilkan bentuk baru.
Namun pada kenyataannya banyak guru yang tidak mempunyai kreatifitas yang tidak sesuai dengan harapan. Hal ini juga terjadi di SMK Bina Latih Karya, hal ini terbukti bahwa kreativitas guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan peneliti kepada beberapa siswa kelas X SMK Bina Latih Karya ternyata masih kurang hal ini dapat dilihat dari:
Strategi pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran masih kurang, karena guru lebih mementingkan komponen penyampaian informasi. Kegiatan pembelajaran pendahuluan yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar hanya sepintas saja, maksudnya terkadang guru tidak melakukan apersepsi. Selain itu, siswa tidak dilibatkan dalam proses belajar mengajar, sehingga minat dan motivasi siswa rendah.
Metode pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan materi sangat monoton, karena metode yang digunakan hanya ceramah dan tanya jawab. Pada umumnya guru menyamaratakan semua materi yang akan disampaikan dengan tujuan mengajar sehingga pemilihan dan penggunaan metode dalam proses belajar mengajar tidak serasi dan tidak tepat dengan karakteristik materi.
Sumber belajar yang digunakan guru untuk menunjang dalam proses pembelajaran tidak bervariasi. Umumnya guru hanya mengandalkan buku teks, dan lembar kerja siswa. Guru tidak memanfaatkan bahan, alat, tehnik, dan lingkungan yang sebenarnya dapat menjadi sumber belajar yang bervariasi.
Media yang digunakan guru dalam menyampaikan informasi tidak bervariasi. Biasanya guru hanya menggunakan media cetak: modul dan buku teks. Informasi yang disampaikan tidak menarik dan cenderung tidak terkonsep sehingga informasi yang disampaikan tidak dapat dipahami oleh siswa, dengan demikian minat siswa dalam belajar rendah.
Model pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran berlangsung tidak bervariasi. Karena dalam menyampaikan materi pelajaran, guru hanya mengandalkan sumber belajar yang monoton. Guru tidak memiliki inisiatif untuk menggunakan model pembelajaran yang menarik. Sehingga siswa cenderung bersikap pasif dalam proses pembelajaran di kelas.
Sebagai akibat dari kurangnya kreatifitas guru dalam proses pembelajaran di kelas, selain membuat siswa tidak termotivasi, siswa juga merasa jenuh, merasa kesulitan dalam menangkap pesan pembelajaran yang disampaikan oleh guru, berakibat juga pada rendahnya prestasi belajar siswa.
Jumlah siswa kelas X TD 2 adalah 36 siswa. Prestasi belajar siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai siswa yang mencapai standar KKM di atas nilai 65 hanya 13 siswa (35%), dan nilai siswa dibawah standar KKM di bawah nilai 65 cukup banyak yakni ada 23 siswa (65%).
Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan untuk memberikan informasi terhadap siswa tetapi lebih jauh guru dapat berperan sebagai perencana, pengatur, dan pendorong siswa agar dapat belajar secara efektif dan peran berikutnya adalah mengevaluasi dari keseluruhan proses pembelajaran.
Hal yang dievaluasi dalam proses pembelajaran adalah pemilihan strategi pembelajaran harus mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan, dan karakteristik siswa yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Dalam proses pembelajaran yang efektif, guru hendaknya memilih dan menggunakan metode-metode mengajar yang tepat dengan tujuan mengajar. Cara mengajar yang efektif ialah mempergunakan kegiatan siswa secara efektif dalam kelas, merencanakan, dan melaksanakan kegiatan-kegiatan sedemikian rupa secara kontinyu.
Dalam pemanfaatan sumber belajar yang lebih luas, hendaknya guru memahami terlebih dahulu beberapa kualifikasi yang dapat menunjuk pada sesuatu untuk dipergunakan sebagai sumber belajar dalam proses pengajaran.
Demikian pula media yang digunakan guru hendaknya dapat sesuai dengan ciri fiksatif, ciri manipulatif, dan ciri distributif. Sehingga pemakaian media pengajaran dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan minat yang baru, menumbuhkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar pada siswa.
Peran guru dalam peran model pembelajaran adalah sebagai fasilitator. Oleh karena itu guru hendaknya mempunyai hubungan pribadi yang positif dengan siswanya, yaitu sebagai pembimbing bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam menjalankan peranannya, ini guru membantu siswa menggali ide atau gagasan tentang kehidupannya, lingkungan sekolahnya, dan hubungannya dengan orang lain.
Selain itu guru harus memiliki tiga kemampuan, yaitu (1) kemampuan membantu siswa belajar efektif sehingga mampu mencapai hasil yang optimal, (2) kemampuan menjadi penghubung kebudayaan masyarakat yang aktif dan kreatif serta fungsional dan, (3) memiliki kemampuan menjadi pendorong pengembangan organisasi sekolah dan profesi. Dengan kemampuan ini, diharapkan guru lebih kreatif dalam proses belajar mengajarnya.
Sabtu, 18 April 2015
Skripsi PKN